Urip Mampir Nyate

Beruntung saya tidak punya keharusan (setidaknya hingga saat ini) untuk menolak makan sate kambing. Untuk alasan kesehatan, beberapa orang di sekitar saya benar-benar tak mau makan sate barang satu iris saja.

Sate bisa jadi merupakan menu yang paling sederhana dibanding menu olahan daging lainnya. Makanan yang cara masaknya cukup dipanggang di atas bara arang ini biasanya disantap pakai nasi anget, sambal mentah, dan kecap. Simple, gak ndakik-ndakik, tapi enak.

Momen nyate tak boleh terlewatkan saat Hari Raya Qurban. Selain stok daging yang cukup, menyiapkan piranti dan bahan pendukung untuk membuatnya juga tidaklah sulit. Di saat seperti inilah saya baru bisa menikmati sate home-made.

Kalau ditanya tempat (warung) nyate kambing yang enak di Tegal, saya bisa kasih empat rekomendasi ini:

Selamat menikmati urip mampir nyate. Ndang gagiyan, aja kesuwen!

Sara Rosso, Founder World Nutella Day, yang Juga WordPress Community Leader

Gak susah menemukan sosok inspiratif di jagad internet, apalagi di lingkaran Komunitas WordPress (software open source). Jika sempat meluangkan waktu cobalah mampir ke HeroPress, Make WordPress, atau nimbrung ke Komunitas WordPress terdekat di area Anda.

Saya merasa beruntung sehari-hari bekerja menggunakan platform WordPress. WordPress bukan sekedar tool publikasi online biasa. Lebih dari itu, WordPress adalah software yang dibangun orang-orang hebat dari seluruh penjuru dunia. Salah satunya Sara Rosso.

Mengulik profil para influencer WordPress telah menjadi bagian dari rutinitas saya. Profil Sara Rosso pun tak luput dari radar saya. Gak nyangka dialah penggagas World Nutella Day.

Meski dia sudah pensiun dari Komunitas WordPress, namun (yang saya rasakan) pengaruhnya masih ada hingga kini. Peran inspiratifnya dalam ikut membangun software WordPress juga masih dapat diakses dan dipelajari.

Informasi tentang Sara Rosso dapat ditemukan di link-link berikut:

Kecerdasan Boleh Artifisial, Kopi Jangan

Meski saya jarang ngopi, namun perannya penting dalam keseharian saya. Sama halnya dengan Artifial Intelligence akhir-akhir ini yang biasa saya pakai.

Saat saya masih usia SD, sama sekali tidak pernah terpikir bahwa kecerdasan yang dimiliki manusia (yang terwakilkan oleh bahasa yang terpola) ternyata bisa di-copy, ke dalam mesin melalui proses replika data yang ditata sedimikian rupa ke dalam algoritma. Sehingga dapat diakses secara cepat kapan pun dibutuhkan lewat input bahasa manusia. Wih, joss!

Seandainya karakter khas kopi bisa di-copy juga ke medium lain, misalnya pasir dan butiran debu. Atau ke dalam algoritma mesin sekalipun, saya tidak akan kagum (setidaknya untuk saat ini). Meski saya bukan golongan penikmat kopi ala hipster. Saya lebih suka kopi yang otentik. Cukup gini aja udah joss, kok.

Pasar Malem, Creativity in the Darkness

Hampir di setiap tempat di Jawa Tengah yang pernah dan sedang saya tinggali ada Pasar Malem. Bukan pasar biasa, tapi tempat dijajakannya aneka makanan, pakaian, barang-barang unik, hingga ragam pilihan permainan di waktu tertentu.

Meski terkesan klasik, namun rasanya sayang sekali untuk tidak berkunjung. Melangkah ke Pasar Malem tak perlu planning yang ruwet. Cukup bawa outfit celana pendek dikombinasikan dengan jaket dan sandal gunung. Uang yang dibawa pun gak harus banyak. Yang penting cukup buat beli martabak dan paket aksesoris limaribuan.

Berkeliling di Pasar Malem berasa larut dalam gairah kreativitas. Tak jarang saya jumpai para pedagang pakai jurus kreatif untuk menarik pembeli. Barang-barang yang dijual pun kadang unik-unik, seperti kaus kaki trendi ini.